12/13/2008

Tawa dan tangis

15 Dzulhijjah 1429/13th December 2008
6:06am


Sepanjang minggu lalu, hidupku penuh direntangi onak dan duri. Terlalu banyak dugaan yang perlu kuharungi. Satu demi satu datang mengujiku. Sehinggakan aku menjadi sangat lemah, dan tidak tahan untuk kubendung lagi. It was more than I can take. Hari-hariku murung. Kemurungan itu tergambar diwajahku. Mataku sembab akibat terlalu banyak menangis. Kerja-kerja sudah menggunung. Tetapi aku tidak boleh menumpukan perhatianku terhadap kerja-kerjaku akibat malasah-masalahku yang terlalu banyak yang datang bergolek-golek.


Di waktu ini, aku mula mencari sahabat. Di manakah dikau wahai sahabat? Di kala aku memerlukanmu, kau menghilangkan diri. Kau lebih mementingkan perasaan sendiri berbanding akan sahabatmu yang memerlukanmu ini. Apabila aku memerlukan bantuanmu, kau menolak untuk membantuku. Entah apa alasanmu. Tidak mengapalah. Aku ingin bersangka baik. mungkin kau juga tidak mampu sepertiku. Bukankah kita sama-sama manusia?

Tiba-tiba satu malam, aku terbaca satu ayat al-Quran yang amat memberi kesan mendalam dalam hatiku. Firman Allah:
“...bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan......” (53:38-44)


Masya Allah!! Sungguh, memang benarlah al-Quran itu adalah petunjuk, hidayah dan panduan hidup. Aku benar-benar terkesan dari kalam-kalam Allah ini. Bukankah kepada Allah itu kesudahan segala sesuatu? Tapi, aku terlupa. Dalam kemurunganku itu, adakah cukup aku mengingati Allah. Cukupkah pergantunganku kepada Allah. Di manakah kuletakkan Allah dalam sumber kekuatanku? Tidakkah aku meletakkan kesudahan dalam segala urusanku dalam ‘tangan’ Allah untuk menentukannya? Astaghfirullah. Alpa sungguh aku. Buruk sungguh sikapku sebagai makhluq digelar hamba Allah ini. Padahal sikap seorang hamba tidak boleh begini. Bukankah sifat seorang hamba itu perlu sentiasa menunduk dan merendahkan diri di hadapan Tuannya? Bukankah sifat hamba itu sememangnya lemah, dan perlu meminta-minta dari Tuannya? Tetapi, hamba jenis apakah aku? Sombong.. berlagak... tak sedar diri... Bukankah Tuanku itu seorang yang Maha Pemurah, Maha Penyayang? Lupakah????

“...dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis...”

Kerana Dialah aku mampu tertawa, dan dari Dialah aku mampu untuk menangis. Dari Dialah aku dikurniakan nikmat yang memberikan aku seribu kegembiraan, dan dari Dialah aku ditimpa dugaan demi dugaan yang memberikan aku seribu kesedihan. Semuanya itu hanyalah milikNya. Dan hanyalah Dia yang mampu mengubah semua itu. Dia sahaja yang mampu menjadikan tawa itu tangis, dan tangis itu tawa.

Tetapi, bagaimanakah aku menjadi sangat alpa untuk mengadu kepadaNya supaya meringankan beban yang ku tanggung ini. Bagaimanakah aku boleh terlupa bahawa sesungguhnya Allah lah yang menurunkan segala perasaan ini kepadaku, dan hanya Dia sahajalah yang mampu untuk menariknya kembali? Sungguh aku ini sungguh manusia yang lalai.

Dan bukankah dugaan yang Allah turunkan itu juga merupakan satu nikmat?
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (2:155-157)


Inilah nikmat dugaan. Barangsiapa yang bersabar di atas dugaan yang Allah turunkan kepada kita, Allah akan kurniakan keberkatan dan rahmat yang melimpah ruah hidup kita. yang lebih hebat lagi, Allah akan menambahkan lagi keimanan dalam hati kita.
Haih… Rugi satu opportunity….


“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (2:214)

Mengapakah senang benar untuk aku mengeluh tidak tahan dengan ujian yang Allah turunkan ini, walaupun ujian ini bukanlah seberat mana? Tidak yakinkah aku bahawa semakin berat ujian itu aku tanggungi, semakin dekatlah pertolongan Allah itu menghampiri? Tidak yakinkah aku bahawa Allah akan menolongku? Astaghfirullah…

Adakah aku masih bermimpi untuk masuk ke syurga, walaupun aku sendiri tidak mampu bersabar dengan dugaan kecil ini?

Mari kita muhasabah diri…

Wallahu a’lam…


P/s: Eid Mubarak....:) apakah qurban kita tahun ini?

No comments: